BIOGRAFI UTSMAN BIN AFFAN
A. Biografi Singkat Utsman Bin Affan
Beliau
adalah Utsman bin Affan bin Abi al-‘Ash bin Umayyah bin Abd Syams bin Abd Manaf bin Qushayy bin
Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ayy bin Ghalib al-Qurasy al-Umawy, Abu Amru,
Abu Abdullah, Abu Laila. Ibunda beliau adalah Aruway binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Hubaib bin Abd
Syams. Nenek beliau daripihak ibu adalah Ummu Hakim binti Abdul Mutthalib bin
Hasyim. Utsman bin Affan dijuluki sebagai Dzu an-Nurain (pemilik dua
cahaya) karena beliau menikah dengan dua putri Rasulullah SAW: Ruqayyah dan
Ummu Kaltsum, setelah Ruqayyah wafat.
Beliau
dilahirkan pada tahun keenam Gajah (576 M). Ia masuk islam pada usia 30 tahun
dengan perantara Abu Bakar, sebelum Rasulullah SAW memasuki Dar al-Arqam, dan
sebagai orang kesepuluh yang mula-mula memeluk Islam.
Utsman
menikah dengan Ruqayyah, putri Rasulullah SAW, dan hijrah bersamanya ke Habasyah. Di sana beliau dikaruniai seorang
anak laki-laki bernama Abdullah, wafat pada tahun ke-4 Hijriah pada usia enam
tahun. Setelah Ruqayyah wafat, Utsman bin Affan menikah dengan Ummu Kaltsum,
saudari perempuan Ruqayyah, namun tidak dikaruniai anak. Ruqayyah wafat pada
tahun ke-9 Hijriah. Setelah itu, beliau menikah dengan Fakhitah binti Khazwan
bin Jabir dan dikaruniai seorang anak laki-laki, Abdullah al-Ashghar.
Daripernikahannya dengan Ummu Amru binti Jundub, Umar bin Affan mendapatkan
Amru , Khalid, Abban, Umar, dan Maryam. Kemudian, beliau menikah dengan Fatimah
binti al-Walid bin Abd Syams dan mendapatkan tiga orang anak: Walid, sa’id, dan
Ummu Sa'id. Dari pernikahan dengan Umuu
Banin binti Uyaynaha bin Hishn bin Hudhaifah, beliau mendapatkan seorang anak
laki-laki yang bernama Abdul Malik. Pernikahannya dengan Ramlah binti Syaibah
bin Rabi’ah, melahirkan tiga orang anak: Aisya, Ummu Abban, dan Ummu
Amru.Utsman kemudian menikah dengan Nailah binti Al-Furafishahbin Al-ahwash dan
mendapatkan seorang putri benama Maryam.
Utsman bin
Affan ra adalah seorang yang berperawakan sedang, tidak tinggi dan tidak
pendek, berwajah rupawan, serta berkulit halus dengan jenggot tebal. Kulitnya
berwarna kecoklatan, berdada lebar, berhidung sedang, betis kaki besar, dan
kerap memintal jenggotnya. Utsman juga seorang yang berakhlak luhu, sangat
sopan, berpendidikan tinggi, pemalu, dan tidak banyak bicara. Rasulullah SAW
bertutur tentang Utsman, “Umatku yang paling pemalu adalah Utsman.” Di samping itu,
beliau adalah salah seorang saudagar terkemuka dari kalangan Quraisy.
B. KEDUDUKAN DAN KEUTAMAAN UTSMAN BIN AFFAN
Utsman bin Affan ra adalah salah seorang sahabat
Rasulullah SAW yang melakukan dua kali Hijrah: ke Madinah dan ke Habasyah
(Abbysinia). Beliau juga salah seorang yang ikut hadir dalam baiat Ridwan. Saat
terjadi Perang Badar, Utsman bin Affan ra tidak ikut serta karena menunggu
istri beliau yang tengah sakit atas izin Rasulullah SAW. Dengan harta pribadi,
Utsman bin Affan ra menggali sumur Rawmah lalu mewakafkannya bagi kepentingan
kaum muslim. Utsman bin Affan ra juga mendermakan 300 unta dan1000 dinar bagi
persiapan bara tentara usrah. Beliau adalah salah satu dari sepuluh sahabat
Rasulullah SAW yang dijamin masuk surga.
C. PENGANGKATAN SEBAGAI KHALLIFAH
Sebelum khalifah Umar bin Khaththab ra wafat sebagai
syahid, para sahabat memohon kepada beliau berwasiat perihal tentang khalifah. Beliau mengatakan, “Aku tidak
mendapatiseorang pun yang paling berhak menerima amanat ini selain mereka yang
mendapat ridha Rasulullah SAW ketika beliau wafat." Kemudian beliau
menyebut nama Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah
bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Khalifah Umar
ra menutup wasiatnya dengan pesan-pesan kebaikan kepada kaum Muhajirin
danAnsar. Usai pemakaman Umar bin Khaththab ra, Abdurrahman bin Auf berkata,
”Berundinglah untuk menetapkan tiga orang di antara kalian.”
Zubair bin Awwam mewakilkan kepada Ali bin Abi Thalib,
Thalhah mewakilkan kepada Utsman bin Affan, dan Sa’ad bin Abi Waqqash
mewakilkan kepada Abdurrahman bin Auf. Ketiga wakil tersebut sepakat menganggkat Utsman bin Affan sebagai
Khalifah, yang selanjutnya diikuti dengan baiat seluruh kaum muslim.
D. PEMBUKUAN DAN PENDISTRIBUSIAN MUSHAF
ALQURAN
Islam yang tersebar luas ke seluruh penjuru negeri,
ditambah wilayah yang semakin luas dan pergaulan kaum muslim dengan bangsa-bangsa
non-Arab berdampak pada perbedaan dalam hal membaca Alquran. Berrmula ketika
Huzhaifah bin al-Yaman melakukan
penyerbuan ke Syam, Armenia, dan Azerbaijan. Bersama para penduduk Irak, ia
menemukan fenomena unik berkenaan dengan perbedaan orang dalam menbaca Alquran.
Hudhaifah melapor kepada Khalifah Utsman
bin Affan, “Wahai Amirul Mukminin, lakukanlah sesuatu pada umat ini sebelum
mereka berselisih pendapat seperti perselisihan umat Yahudi dan Nasrani perihal
kitap suci mereka.”
KhalifahUtsman ra lalu meminta naskah Alquran yang
disimpan oleh Hafshah dan kemudian menyalinnya. Hasil salinan itu kemudian
diperiksa Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin al-‘Ash, dan
Abdurrahman bin Harits bin Hisyam. Masing-masing diminta menyatukan perselisihan
cara baca dengan logat Quraisy. Dari hasil refisi tersebut disalinlah tujuh
buah mushaf, sedangkan naskah asli dikembalikan kepada Hafshah. Ketujuh mushaf
tersebut lalu dikirim ke beberapa kota, yaitu Kufah, Basrah, Syam, Yaman,
Mekah, dan Bahrain, sedangkan satu mushah disimpan oleh Khalifah Utsman ra.
Selanjutnya, Utsman ra memerintahkan membakar selain ketujuh mushaf tersebut
untuk menghindari perbedaan.
E. EKSPANSI ISLAM PPADA MASA KHALIFAH UTSMAN
BIN AFFAN
Ekpansi islam terus berlansung sampai pada masa
khalifah Utsman bin Affandi tiga front: Timur, Syam dan sekitarnya, serta Barat-Afrika.
1. Front Timur
a. Ekspansi ke Azerbaijan (Tahun 24 H)
Azerbaijan telah tunduk pada masa Umar bin
Khaththab menjadi Khalifah. Panglima perang kaum muslim ketika itu, Huzaifah bin al-Yaman
menyepakati perjanjian dengan penduduk negeri itu berupa kewajiban membayar
jizyah, dengan ketentuan tidak ada pembunuhan terhadap penduduk, tidak ada penawaran
atas wanita, dan tidak ada perusakan rumah ibadah. Ketika Sa’ad bin Abi
Waqqash, Gubernur Kuffah ketika itu, digantikan al-Walid bin ‘Uqbah bin Abi
Mu’aith, penduduk Azerbaijan memberontak. Mereka tidak lagi bersedia membayar
jizyah. Khalifah Utsman bin Affan lalu mengirimkan Walid bin ‘Uqbah memadamkan
pemberontakan itu. Walid bertolak menuju Armenia, lalu ke Azrbaijan. Mengetahui
kedatangan Walid bersama kaum muslim, penduduk Azerbaijan mengajukan perjanjian
damai seperti yang dibuat Hudzaifah al-Yaman. Permintaan tersebut dikabulkan demi
menghindari pertumpahan darah. Beberapa sumber api fitnah yang berusaha
dikobarkan beberapa kelompokpun berhasil dipadamkan. ‘Uqbah lalu kembali ke
Kufah setelah menunjuk al-Asy’ats bin Qais sebagai wali atas Azerbaijan. Namun,
untuk kesekian kali, penduduk Azerbaijan melanggar perjanjian, usai mendengar
laporan dari al-‘Asy’ats, Gebernur Kufah segera mengirimkan bala tentara untuk
memadamkan pemberontakan. Situasi dapat dipulihkan setelah kepala pemberontak
berhasil dibunuh.
b. Ekspansi ke ar-Rayy II (Tahun 24 H)
Wilayah Rayy (Taheran, sekarang) berhasil
diduduki tahun 22 Hijriah, pada masa Umar bin Khaththab. Namun, pada tahhun 24
Hijriah, penduduk Rayy melakukan pembangkangan. Abu Musa al-Asy’ary,wali Basrah
ketika itu, mengirimkan Quraidzah bin Ka’ab al-Ansari bersama sejumlah pasukan.
Pemborontakanpun dapat dipadamkan.
c. Ekspansi ke Hamadzan II (Tahun 24 H)
Enam bulan menyusul pembunuhan terhadap Khalifah Umar bin Khaththab, para
penduduk kota Hamadzan mengangkat
senjata terhadap wali negeri. Khalifahpun mengirimkan al-Mughirah bin Syu’bah
dan Abu Musa al-Asy’ari yang didampingi al-Barra bin ‘Azib dan Quraidzah bin
ka’ab bersama pasukan masing-masing untuk mengamankan situasi. Pemberontakan
dapat dipadamkan dan penduduk Hamadzan bersedia kembali menyepakati kembali
perjanjian damai seperti yang dibuat Hudzaifah bin al-Yaman. Sebelum bertolak
kembali ke kufah, al-Mughirah menetapkan Jarir bin Abdullah al-Bajalisebagai
wali atas Hamadzah.
d. Ekspansi ke Abhur dan Qaswain (Tahun 24 H)
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan,
al-Barra bin ‘Azib menjadi wali atas wilayah Rayy. Gebernur Kufah ketika itu,
al-Mughirah bin Syu’bah, memerintahkan al-Barra bersama pasukannya bergerak
kewilayah Qazwain. Ketika tiba di kawasan Abhur, al-Barra melakukan pengepungan
terhadap kota tersebut sehinnga penduduknya menyerah dan bersedia menerima
perjanjian damai. Al-Barra melanjutkan espentasi ke Qazwain. Setelah beberapa
hari pengepungan, penduduk Qazwain pun bersedia menerima perjanjian damai,
tetapi enggan membayar Jizyah. Belakangan, mereka bermaksud memeluk islam
sebagai taktik menghindari kewajiban membayar Jizyah. Atas keputusan itu,
mereka diberi kewajiban membayar seper sepuluh dari hasil bumi yang mereka
dapat. Selanjutnya, al-Barra memutuskan
mengirim lima ratus bala tentara kaum muslim dibawah pimpinan Thulaihah bin
Khuailid al-Asadi yang masing-masing diberi tanah atas wewenang Khalifah,.
Tanah tersebut mereka olah dengan menggali sumur-sumur irigasi sehingga menjadi
lahan yang sangat produktif.
e. Ekspansi ke Jinzan dan sekitarnya (Tahun 24
H)
Menyusul berakhirnya Ekspensi ke Qazwain,
al-Barra bin Azib bergerak menuju wilayah Dailam dan membersihkan wilayah itu
dari kekuasaan Persia. Kemudian, Zinjan pun tunduk di bawah kekuasaan kaum
muslim.
f. Penguasaan kembali Sabur (Tahun 24 H)
Khalifah Utsman bin Affan memerintahkan
Utsman bin Abi al-Ash, Gubernur Bahrain untuk bergerak menuju Sabur menyusul
terjadinya pemberontakan di wilayah tersebut. Menyadari kedatangan bala tentara
kaum musli, penduduk Sabur bersedia menerima perjanjian damai demi menghindari
pertumpahan darah. Atas dasar isi perjanjian itu, Utsman bin Abi al-‘Asy
memerintahkan Haram bin Hayyan al-Abdi, pemimpin Sabur, untuk menumpas
sisa-sisa kekuatanpem berontak.
g. Ekspamsi ke Ustukhar II
Atas dorangan dan dukungan Yazdgerd III,
penguasa pribumi di Ustukhar, Syahrak bin Mahik, melakukan pemberontakan
terhadap kekuasaan islam. Khalifah Utsman bin Affan pun memerintahkan Utsman
bin Abi al-Ash supaya bergerak bersama pasukan ke wilayah tersebut guna
memadamkan pemberontakan. Khalifah juga mengirim dukungan personel dari Basrah
di bawah komando Ubaidillah bin Muammar dan Syibl bin Ma’bad al-Bajali. Pasukan
kaum muslim berhasil mengatasi keadaan dan melanjutkan pergerakan kearah
Risyahar untuk mengejar sisa-sisa kekuatan Persia yang melarikan diri. Di
wilayah tersebut pecah pertempuran sengit. Syahrak pun tewas dan kemenangan
berada di pihak kaum muslim.
h. Penguasaan atas Sabur II
Penduduk sabur kembali melakukan
pemberontakan dan melanggar perjanjian yang telah mereka sepakati. Al-Asy’ari selaku
Gubernur Basrah, kemudian bergerak bersama pasukan. Pasukan Basrah mendapat
dukungan dari bala tentara muslimdi Bahraindi bawah komando Utsman bin Abi
al-Ash. Pemberontakan dapat dipadamkan dan kekuasaan kaum muslim dapat
ditegakkan kembali.
i.
Pembebasan wilayah Persia secara keseluruhan (Tahun 26 H)
Dengan dukungan bala tentara Utsman bin Abi
al-Ash, Abu Musa al-Asy’ari melanjutkan perjalanan untuk membebaskan
wilayah-wilayah lain yang masih dikuasai kekuatan Persia. Secara
berturut-turut, wilayah-wilayah ini dapat ditundukkan, mulai dari Arajan,
Syiraz, Sineaz, Dar Bagrat, Jahram, sampai Fasa.
j.
Pembebasan Tabristan II (Tahun 30 H)
Bersama Hudzaiman bin al-Yaman, Al-Hasan
dan Al-Husain, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amru bin
al-Ash, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin al-Ash bertolak dari Kufah. Pasukan
besar ini masih didukung pasukandari Basrah di bawah komando. Abdullah bin Amir
yang bergerak menuju kea rah Khurrasan, mendahului pasukan Sa’id bin al-Ash
karena ia lebih dahulu tiba di Abersyahr. Pasukan Sa;id saat itu berada di Qom
dan kemudian melanjutkan ekspensi ke Jurjan. Di wilayah tersebut, pasukan kaum
muslim terlibat petempuransengit dengan sisa-sisa kekuatan Persia sehingga
mereka terpaksa melaksanakan salat khauf sambil berperang. Musuh terkepung
dalam benteng pertahanan. Ketika gerbang dapat dirobohkan, semua pasukan Persia
tewas. Pada tahunini pula penguasa terakhir kekaisaran Persia, Yazdgerd III
tewas.
k. Pembebaan Khurrasan dan Tukharistan II
(Tahun 31-32 H)
Khurrasan adalah wilayah yang telah
dibebaskan dari kekuasaan Persia pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Namun,
penduduk Khurrasan kembali mengangkat senjata terhadap kekuasaan kaum muslim
menyusul wafatnya Khalifah Umar. Abdullah bin ‘Amir bin Kuraiz, yang di angkat
oleh Khalifah Utsman bin Affan sebagai wali Barsah, diperintahkan bergerak
bersama pasukannya untuk menyerbu Khurrasan pada tahun 31 Hijriah. Kedudukannya
di Basrah digantikan sementara waktu oleh Ziyad bin Abi Sufyan. Abdullah bin
‘Amir menempatkanal-Ahnaf bin Qais
sebagai komandan front terdepan pasukan. Ketika pasukan muslim mendekati pintu
gerbang kota, penduduk Kurrasan mengajukan permintaan damai. Kemudian, Abdullah
bin ‘Amir memerintahkan al-Ahnaf membawa pasukannya menuju Tukharistan.
Penduduk kota tersebut juga menyetejui perjanjian damai dan membayardenda
sebesar 100.000 dirham. Dari Tukharistan, pasukan al-Ahnaf bergerak menuju
Marwarroudz dan berhasil mengadakan perjanjian damai dengan penduduknya.
Setelah itu, masing-masing dari wilayah Jozajan, Thaleqan, dan Fariyat dapat
dikuasai. Sebelum itu, ketiga wilayah tersebut bersatu untuk melakukan
perlawanan terhadap kekuasaan kaum muslim. Koalisi mereka dapat dilumpuhkan
oleh bala tentara al-Ahnaf dan sebagian mereka melarikan diri ke Jozajan. Al-Ahnaf lalu memerintahkan al-Aqra’ bin
Habis melakukan penejaran. Mula-mula, pasukan al-Aqra’ dapat dipukul mundur,
kemudian melakukan serangan balasan sehingga musuh dapat dikalahkan. Jozajan
pun dapat direbut kembali. Dengan demikian, Khurrasan telah dapat dikuasai
muslim pada tahun 31Hijriah, sedangkan Tukharistan dikuasai sepenuhnya pada
tahun 32 Hijriah.
2. Front Utara (Wilayah Syam)
a. Pembebasan Ammuria, Antiokia, dan Tarsus
(Tahun 25 Hijriah)
Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang berkedudukan
sebagai wali Syam mengutus Qais bin Hurr al-Absy, salah seorang
panglimanya,untuk melakukan penyerbuan ke Ammuria. Sebelum tiba di tempat
tujuan, Qais menaklukkan Antiokia dan Tarsus tanpa mendapat perlawanan.
Demikian pula halnya ketika ia dan pasukannya menduduki Ammuria.
b. Pembebasan Kembali Tripoli Syam
Menyusul wafatnya Umar bin Khaththab,
Byzantium berhasil merebut beberapa kota di wilayah lepas pantai. Ketika Utsman
bin Affan dipilih sebagai Khalifah, beliau menugaskan Mu’awiyah bin Abi Sufyan,
wali Syam, untuk merebut kembali kedaulatan islam atas wilayah-wilayah di lepas
pantai. Mu’awiyah pun memberangkatkan Sufyan bin Mujib al-Azdi bersama
pasukannya ke Tripoli. Kota tersebut dikepung dari darat dan laut. Diam-diam,
Byzantium meminta bantuan kepada kaisar untuk mengirimkan kapal untuk mereka
bisa melarikan diri. Kaisar menyanggupi permintaan mereka danmengirimkan
beberapa buah kapal. Ketika Sufyan memasuki kota, ia tidak mendapatkan
perlawanan sama sekali karena musuh telah melarikan diri pada malam hari dengan
bantuan kapal-kapal tersebut.
c. Pembebasan Cyprus (tahun 28 dan 33 Hijriah)
Bala tentara kaum muslim bertolak dari Syam
dengan tujuan Cyprus dibawah komando Absullah bin Qais al-Jasy. Pada waktu
bersamaan, bala bantuan kaum muslim di Mesir bergerak dari Aleksansria. Kedua
pasukan bertemu di wilayah semenanjung dan bersama-sama bergerak ke Cyprus. Mengetahui
kedatangan pasukan muslimin dalam jumlah besar, penguasa Cyprus bergegas
mengajukan perjanjian damai dan menyatakan kesanggupan membayar Jizyah dan
tidak bersekutu atau bekerjasama dengan Byzantium untuk memerangi kaum muslim.
Namun pada tahun 32 H, Cytrus melanggar perjanjian dengan memberi bantuan
armada kapal kepada Byzantium untuk tujuan penyerangan terhadap kaum muslim.
Pada tahun 32 H, Mu’awiyah bin Abi Sufyan memimpin 500 armada kapal perang
menyerbu Cyprus dan berhasil merebut kembali kota itu. Penguasa Cyprus bersedia
menandatangani perjanjian damai dengan syarat dan ketentuan seperti perjanjian
pertama. Sebelum bertolak ke Syam, menempatkan 10.000 tentara muslim dari
penduduk baalbak di Cyprus. Dengan
demikian, Cyprus dapat dikuasai sepenuhnya oleh kaum muslim.
3. Front Batar (Afrika)
a. Pembebasan Aleksandria (25 H)
Kekaisaran Byzantium menyampaikan perintah
kepada orang-orang Byzantium yang berada di Aleksandria untuk melanggar
perjanjian dengan kaum muslim. Perintah itu disambut baik oleh orang-orang
Byzantium. Konstantinopel pun mengirimkan pasukan dalam jumlah besar ke Aleksandria dibawah komando Manuel. Di
pihak lain, Muqawqis, penguasa pribumi di Aleksandria, menolak melanggar
perjanjian dengan kaum muslim. Ketika itu, Khalifah Utsman bin Affan telah
memberhentikan ‘Amru bin Ash dari jabatan Gebernur Mesir. Akan tetapi,
kedatangan bala tentara Byzantium ke Mesir mendorong warga Mesir untukmeminta
Khalifah menugaskan kembali ‘Amru bin Ash karena kepiawaian meliternya
menghadapi Byzantium. Khalifah memenuhi permintaan mereka dan menempatkan
kembali ‘Amru bin Ash sebagai Gebernur Mesir. Saat itu, kekuatan Byzantium
telah tiba di Aleksandria dan membumi hanguskan kota tersebut dan
wilayah-wilayah di sekitarnya hingga ke wilayah Niqus. Di sana, bala tentara
Byzantium bertemu ‘Amru bin Ash danpasukan muslim. Bala tentara Byzantium
berhasil dihancurkan. Sebagian melarikan diri ke Aleksandria dan berlindung di
dalam kota,’Amru bin Ash pun melakukan pengejaran dan Aleksandria pun di
kepung.Setelah itu, tembok kota dorobohkan dengan senjata pelempar batu dan api
(manjaniq). Pasukan muslimberhasil memasuki kota dan membinasakan
tentara Byzantium. Mereka yang selamat melarikan diri ke arah lepas pantai.
Panglima tentara Byzantium, Manuel, termasuk yang tewas. Dengan demikian,
perlawanan dapat di padamkan dan Muqawqis kembali ke Aleksandria pada tahun 25
Hijriah.
b. Pembebasan Tripoli dan beberapa wilayah
Afrika (tahun 26 H)
Bala tentara kaum muslim tiba di Tripoli di
bawah komando Abdullah bin Sa’ad bin Abi as-Sarh. Di Barqah, mereka mendapat
dukungan dari pasukan Uqbah bin Nafl dansejumlah penduduk Barbar yang telah
masuk islam. Tripoli berhasil direbut kembali pada tahun 26 Hijriah, menyusul
di tumpasnya sisa-sisa kekuatan Byzantium yang masih berada di wilayah itu.
Pasukan Abdullah in Sa’ad lalu bergerak ke Barat menuju Tunisia dan membebaskan
Negeri itu dari cengkraman Byzantium yang menindas penduduknya dengan upeti dan
pajak. Dengan demikian, sebagian wilayah Afrika tunduk pada kekuasaan kaum
muslim.
c. Pembebasan Nubia (31 Hijriah)
Pada masa Khalifah Umar bin Khaththab,
‘Amru bin Ash telah berupaya meluaskan wilayah kedaulatan islam dengan
membebaskan Nubia. Namun, dalam pertempuran pasukan kaum muslim dikejutkan taktik
perang orang-orang Nubia yang sangat tidak mereka kenal. Orang-orang Nubia
piawai menggunakan senjata panah untuk di arahkan ke mata musuh. Ketika itu,
orang-orang Nubia bersedia mengadakan perjanjian damai, tetapi ‘Amru bin Ash
belum puas karena syarat-syarat yang di ajukannya tidak dapat dipenuhi. Pada
tahun 31 Hijriah, Abdullah bin Abi as-Sarh berhasil menduduki kembali Nubia dan
semenjak itu disepakati perjanjian baru yang berlaku hingga beberapa abad
lamanya.
F. PEMBUNUHAN KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN
Tidak ada yang meragukan bahwa biang keladi fitnah yang berujung pada
pembunuhan keji terhadap Khalifah Utsman adalah seorang penganut Yahudi
fanatik, Abdullah bin Saba. Ia menyebarkan provokasi anti Khalifah Utsman
dengan dalih bahwa yang paling berhak menjadi Khalifah adalah Ali bin Abi
Thallib. Abdullah bin Saba mendapati orang-orang yang lemah iman dan berjiwa
kerdil sebagai pendukungnya. Mereka memanfaatkan kesempatan ketika sebagian
besar sahabat sedang menunaikan ibadah haji. Orang-orang itu mengepung tempat
tinggal Khalifah yang ketika itu dijaga al-Hasan bin Ali, Muhammad bin Thalhah,
dan Abdullah bin Zubair. Ketika pengepungan memasuki hari ke 40,sekelompok
orang menerobos masuk kedalam kediaman Khalifah Utsman bin Affan dan membunuh
beliau, kemudian menginjak-injak Al-Quran dengan kaki mereka. Laknat Allah atas
orang-orang itu. Peristiwa ini terjadi pada hari Jum’at 18 Zulhijah tahun 35
Hijriah/656 Masehi.
Baca Juga:
ReplyDeleteSejarah Hidup Abdurrahman bin Auf
Meneladani Sosok Sahabat Nabi Amr bin Ash
Riwayat Hidup Anas bin Malik
Umar bin Khattab Khalifah Pengganti Nabi Muhammad