Thursday, May 4, 2017

Biografi Tentang Utsman Bin Affan r.a



 BIOGRAFI UTSMAN BIN AFFAN
  

A. Biografi Singkat Utsman Bin Affan
Beliau adalah Utsman bin Affan bin Abi al-‘Ash bin Umayyah  bin Abd Syams bin Abd Manaf bin Qushayy bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ayy bin Ghalib al-Qurasy al-Umawy, Abu Amru, Abu Abdullah, Abu Laila. Ibunda beliau adalah Aruway  binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Hubaib bin Abd Syams. Nenek beliau daripihak ibu adalah Ummu Hakim binti Abdul Mutthalib bin Hasyim. Utsman bin Affan dijuluki sebagai Dzu an-Nurain (pemilik dua cahaya) karena beliau menikah dengan dua putri Rasulullah SAW: Ruqayyah dan Ummu Kaltsum, setelah Ruqayyah wafat.
Beliau dilahirkan pada tahun keenam Gajah (576 M). Ia masuk islam pada usia 30 tahun dengan perantara Abu Bakar, sebelum Rasulullah SAW memasuki Dar al-Arqam, dan sebagai orang kesepuluh yang mula-mula memeluk Islam.
Utsman menikah dengan Ruqayyah, putri Rasulullah SAW, dan hijrah bersamanya ke  Habasyah. Di sana beliau dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Abdullah, wafat pada tahun ke-4 Hijriah pada usia enam tahun. Setelah Ruqayyah wafat, Utsman bin Affan menikah dengan Ummu Kaltsum, saudari perempuan Ruqayyah, namun tidak dikaruniai anak. Ruqayyah wafat pada tahun ke-9 Hijriah. Setelah itu, beliau menikah dengan Fakhitah binti Khazwan bin Jabir dan dikaruniai seorang anak laki-laki, Abdullah al-Ashghar. Daripernikahannya dengan Ummu Amru binti Jundub, Umar bin Affan mendapatkan Amru , Khalid, Abban, Umar, dan Maryam. Kemudian, beliau menikah dengan Fatimah binti al-Walid bin Abd Syams dan mendapatkan tiga orang anak: Walid, sa’id, dan Ummu Sa'id. Dari  pernikahan dengan Umuu Banin binti Uyaynaha bin Hishn bin Hudhaifah, beliau mendapatkan seorang anak laki-laki yang bernama Abdul Malik. Pernikahannya dengan Ramlah binti Syaibah bin Rabi’ah, melahirkan tiga orang anak: Aisya, Ummu Abban, dan Ummu Amru.Utsman kemudian menikah dengan Nailah binti Al-Furafishahbin Al-ahwash dan mendapatkan seorang putri benama Maryam.
Utsman bin Affan ra adalah seorang yang berperawakan sedang, tidak tinggi dan tidak pendek, berwajah rupawan, serta berkulit halus dengan jenggot tebal. Kulitnya berwarna kecoklatan, berdada lebar, berhidung sedang, betis kaki besar, dan kerap memintal jenggotnya. Utsman juga seorang yang berakhlak luhu, sangat sopan, berpendidikan tinggi, pemalu, dan tidak banyak bicara. Rasulullah SAW bertutur tentang Utsman, “Umatku yang paling pemalu adalah Utsman.” Di samping itu, beliau adalah salah seorang saudagar terkemuka dari kalangan Quraisy.

B.     KEDUDUKAN DAN KEUTAMAAN UTSMAN BIN AFFAN
Utsman bin Affan ra adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang melakukan dua kali Hijrah: ke Madinah dan ke Habasyah (Abbysinia). Beliau juga salah seorang yang ikut hadir dalam baiat Ridwan. Saat terjadi Perang Badar, Utsman bin Affan ra tidak ikut serta karena menunggu istri beliau yang tengah sakit atas izin Rasulullah SAW. Dengan harta pribadi, Utsman bin Affan ra menggali sumur Rawmah lalu mewakafkannya bagi kepentingan kaum muslim. Utsman bin Affan ra juga mendermakan 300 unta dan1000 dinar bagi persiapan bara tentara usrah. Beliau adalah salah satu dari sepuluh sahabat Rasulullah SAW yang dijamin masuk surga.

C.    PENGANGKATAN SEBAGAI KHALLIFAH
Sebelum khalifah Umar bin Khaththab ra wafat sebagai syahid, para sahabat memohon kepada beliau berwasiat perihal tentang  khalifah. Beliau mengatakan, “Aku tidak mendapatiseorang pun yang paling berhak menerima amanat ini selain mereka yang mendapat ridha Rasulullah SAW ketika beliau wafat." Kemudian beliau menyebut nama Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Khalifah Umar ra menutup wasiatnya dengan pesan-pesan kebaikan kepada kaum Muhajirin danAnsar. Usai pemakaman Umar bin Khaththab ra, Abdurrahman bin Auf berkata, ”Berundinglah untuk menetapkan tiga orang di antara kalian.”
Zubair bin Awwam mewakilkan kepada Ali bin Abi Thalib, Thalhah mewakilkan kepada Utsman bin Affan, dan Sa’ad bin Abi Waqqash mewakilkan kepada Abdurrahman bin Auf. Ketiga wakil tersebut  sepakat menganggkat Utsman bin Affan sebagai Khalifah, yang selanjutnya diikuti dengan baiat seluruh kaum muslim.

D.    PEMBUKUAN DAN PENDISTRIBUSIAN MUSHAF ALQURAN
Islam yang tersebar luas ke seluruh penjuru negeri, ditambah wilayah yang semakin luas dan pergaulan kaum muslim dengan bangsa-bangsa non-Arab berdampak pada perbedaan dalam hal membaca Alquran. Berrmula ketika Huzhaifah bin al-Yaman  melakukan penyerbuan ke Syam, Armenia, dan Azerbaijan. Bersama para penduduk Irak, ia menemukan fenomena unik berkenaan dengan perbedaan orang dalam menbaca Alquran. Hudhaifah melapor kepada Khalifah  Utsman bin Affan, “Wahai Amirul Mukminin, lakukanlah sesuatu pada umat ini sebelum mereka berselisih pendapat seperti perselisihan umat Yahudi dan Nasrani perihal kitap suci mereka.”
KhalifahUtsman ra lalu meminta naskah Alquran yang disimpan oleh Hafshah dan kemudian menyalinnya. Hasil salinan itu kemudian diperiksa Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin al-‘Ash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam. Masing-masing diminta menyatukan perselisihan cara baca dengan logat Quraisy. Dari hasil refisi tersebut disalinlah tujuh buah mushaf, sedangkan naskah asli dikembalikan kepada Hafshah. Ketujuh mushaf tersebut lalu dikirim ke beberapa kota, yaitu Kufah, Basrah, Syam, Yaman, Mekah, dan Bahrain, sedangkan satu mushah disimpan oleh Khalifah Utsman ra. Selanjutnya, Utsman ra memerintahkan membakar selain ketujuh mushaf tersebut untuk menghindari perbedaan.

E.     EKSPANSI ISLAM PPADA MASA KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN
Ekpansi islam terus berlansung sampai pada masa khalifah Utsman bin Affandi tiga front: Timur, Syam dan  sekitarnya, serta Barat-Afrika.

1.      Front Timur
a.       Ekspansi ke Azerbaijan (Tahun 24 H)
Azerbaijan telah tunduk pada masa Umar bin Khaththab menjadi Khalifah. Panglima perang kaum  muslim ketika itu, Huzaifah bin al-Yaman menyepakati perjanjian dengan penduduk negeri itu berupa kewajiban membayar jizyah, dengan ketentuan tidak ada pembunuhan terhadap penduduk, tidak ada penawaran atas wanita, dan tidak ada perusakan rumah ibadah. Ketika Sa’ad bin Abi Waqqash, Gubernur Kuffah ketika itu, digantikan al-Walid bin ‘Uqbah bin Abi Mu’aith, penduduk Azerbaijan memberontak. Mereka tidak lagi bersedia membayar jizyah. Khalifah Utsman bin Affan lalu mengirimkan Walid bin ‘Uqbah memadamkan pemberontakan itu. Walid bertolak menuju Armenia, lalu ke Azrbaijan. Mengetahui kedatangan Walid bersama kaum muslim, penduduk Azerbaijan mengajukan perjanjian damai seperti yang dibuat Hudzaifah al-Yaman. Permintaan tersebut dikabulkan demi menghindari pertumpahan darah. Beberapa sumber api fitnah yang berusaha dikobarkan beberapa kelompokpun berhasil dipadamkan. ‘Uqbah lalu kembali ke Kufah setelah menunjuk al-Asy’ats bin Qais sebagai wali atas Azerbaijan. Namun, untuk kesekian kali, penduduk Azerbaijan melanggar perjanjian, usai mendengar laporan dari al-‘Asy’ats, Gebernur Kufah segera mengirimkan bala tentara untuk memadamkan pemberontakan. Situasi dapat dipulihkan setelah kepala pemberontak berhasil dibunuh.

b.      Ekspansi ke ar-Rayy II (Tahun 24 H)
Wilayah Rayy (Taheran, sekarang) berhasil diduduki tahun 22 Hijriah, pada masa Umar bin Khaththab. Namun, pada tahhun 24 Hijriah, penduduk Rayy melakukan pembangkangan. Abu Musa al-Asy’ary,wali Basrah ketika itu, mengirimkan Quraidzah bin Ka’ab al-Ansari bersama sejumlah pasukan. Pemborontakanpun dapat dipadamkan.

c.       Ekspansi ke Hamadzan II (Tahun 24 H)
Enam bulan menyusul pembunuhan  terhadap Khalifah Umar bin Khaththab, para penduduk kota Hamadzan  mengangkat senjata terhadap wali negeri. Khalifahpun mengirimkan al-Mughirah bin Syu’bah dan Abu Musa al-Asy’ari yang didampingi al-Barra bin ‘Azib dan Quraidzah bin ka’ab bersama pasukan masing-masing untuk mengamankan situasi. Pemberontakan dapat dipadamkan dan penduduk Hamadzan bersedia kembali menyepakati kembali perjanjian damai seperti yang dibuat Hudzaifah bin al-Yaman. Sebelum bertolak kembali ke kufah, al-Mughirah menetapkan Jarir bin Abdullah al-Bajalisebagai wali atas Hamadzah.
d.      Ekspansi ke Abhur dan Qaswain (Tahun 24 H)
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, al-Barra bin ‘Azib menjadi wali atas wilayah Rayy. Gebernur Kufah ketika itu, al-Mughirah bin Syu’bah, memerintahkan al-Barra bersama pasukannya bergerak kewilayah Qazwain. Ketika tiba di kawasan Abhur, al-Barra melakukan pengepungan terhadap kota tersebut sehinnga penduduknya menyerah dan bersedia menerima perjanjian damai. Al-Barra melanjutkan espentasi ke Qazwain. Setelah beberapa hari pengepungan, penduduk Qazwain pun bersedia menerima perjanjian damai, tetapi enggan membayar Jizyah. Belakangan, mereka bermaksud memeluk islam sebagai taktik menghindari kewajiban membayar Jizyah. Atas keputusan itu, mereka diberi kewajiban membayar seper sepuluh dari hasil bumi yang mereka dapat.  Selanjutnya, al-Barra memutuskan mengirim lima ratus bala tentara kaum muslim dibawah pimpinan Thulaihah bin Khuailid al-Asadi yang masing-masing diberi tanah atas wewenang Khalifah,. Tanah tersebut mereka olah dengan menggali sumur-sumur irigasi sehingga menjadi lahan yang sangat produktif.

e.       Ekspansi ke Jinzan dan sekitarnya (Tahun 24 H)
Menyusul berakhirnya Ekspensi ke Qazwain, al-Barra bin Azib bergerak menuju wilayah Dailam dan membersihkan wilayah itu dari kekuasaan Persia. Kemudian, Zinjan pun tunduk di bawah kekuasaan kaum muslim.

f.       Penguasaan kembali Sabur (Tahun 24 H)
Khalifah Utsman bin Affan memerintahkan Utsman bin Abi al-Ash, Gubernur Bahrain untuk bergerak menuju Sabur menyusul terjadinya pemberontakan di wilayah tersebut. Menyadari kedatangan bala tentara kaum musli, penduduk Sabur bersedia menerima perjanjian damai demi menghindari pertumpahan darah. Atas dasar isi perjanjian itu, Utsman bin Abi al-‘Asy memerintahkan Haram bin Hayyan al-Abdi, pemimpin Sabur, untuk menumpas sisa-sisa kekuatanpem berontak.

g.      Ekspamsi ke Ustukhar II
Atas dorangan dan dukungan Yazdgerd III, penguasa pribumi di Ustukhar, Syahrak bin Mahik, melakukan pemberontakan terhadap kekuasaan islam. Khalifah Utsman bin Affan pun memerintahkan Utsman bin Abi al-Ash supaya bergerak bersama pasukan ke wilayah tersebut guna memadamkan pemberontakan. Khalifah juga mengirim dukungan personel dari Basrah di bawah komando Ubaidillah bin Muammar dan Syibl bin Ma’bad al-Bajali. Pasukan kaum muslim berhasil mengatasi keadaan dan melanjutkan pergerakan kearah Risyahar untuk mengejar sisa-sisa kekuatan Persia yang melarikan diri. Di wilayah tersebut pecah pertempuran sengit. Syahrak pun tewas dan kemenangan berada di pihak kaum muslim.
h.      Penguasaan atas Sabur II
Penduduk sabur kembali melakukan pemberontakan dan melanggar perjanjian yang telah mereka sepakati. Al-Asy’ari selaku Gubernur Basrah, kemudian bergerak bersama pasukan. Pasukan Basrah mendapat dukungan dari bala tentara muslimdi Bahraindi bawah komando Utsman bin Abi al-Ash. Pemberontakan dapat dipadamkan dan kekuasaan kaum muslim dapat ditegakkan kembali.
i.        Pembebasan wilayah Persia secara keseluruhan (Tahun 26 H)
Dengan dukungan bala tentara Utsman bin Abi al-Ash, Abu Musa al-Asy’ari melanjutkan perjalanan untuk membebaskan wilayah-wilayah lain yang masih dikuasai kekuatan Persia. Secara berturut-turut, wilayah-wilayah ini dapat ditundukkan, mulai dari Arajan, Syiraz, Sineaz, Dar Bagrat, Jahram, sampai Fasa.

j.        Pembebasan Tabristan II (Tahun 30 H)
Bersama Hudzaiman bin al-Yaman, Al-Hasan dan Al-Husain, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amru bin al-Ash, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin al-Ash bertolak dari Kufah. Pasukan besar ini masih didukung pasukandari Basrah di bawah komando. Abdullah bin Amir yang bergerak menuju kea rah Khurrasan, mendahului pasukan Sa’id bin al-Ash karena ia lebih dahulu tiba di Abersyahr. Pasukan Sa;id saat itu berada di Qom dan kemudian melanjutkan ekspensi ke Jurjan. Di wilayah tersebut, pasukan kaum muslim terlibat petempuransengit dengan sisa-sisa kekuatan Persia sehingga mereka terpaksa melaksanakan salat khauf sambil berperang. Musuh terkepung dalam benteng pertahanan. Ketika gerbang dapat dirobohkan, semua pasukan Persia tewas. Pada tahunini pula penguasa terakhir kekaisaran Persia, Yazdgerd III tewas.

k.      Pembebaan Khurrasan dan Tukharistan II (Tahun 31-32 H)
Khurrasan adalah wilayah yang telah dibebaskan dari kekuasaan Persia pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Namun, penduduk Khurrasan kembali mengangkat senjata terhadap kekuasaan kaum muslim menyusul wafatnya Khalifah Umar. Abdullah bin ‘Amir bin Kuraiz, yang di angkat oleh Khalifah Utsman bin Affan sebagai wali Barsah, diperintahkan bergerak bersama pasukannya untuk menyerbu Khurrasan pada tahun 31 Hijriah. Kedudukannya di Basrah digantikan sementara waktu oleh Ziyad bin Abi Sufyan. Abdullah bin ‘Amir menempatkanal-Ahnaf  bin Qais sebagai komandan front terdepan pasukan. Ketika pasukan muslim mendekati pintu gerbang kota, penduduk Kurrasan mengajukan permintaan damai. Kemudian, Abdullah bin ‘Amir memerintahkan al-Ahnaf membawa pasukannya menuju Tukharistan. Penduduk kota tersebut juga menyetejui perjanjian damai dan membayardenda sebesar 100.000 dirham. Dari Tukharistan, pasukan al-Ahnaf bergerak menuju Marwarroudz dan berhasil mengadakan perjanjian damai dengan penduduknya. Setelah itu, masing-masing dari wilayah Jozajan, Thaleqan, dan Fariyat dapat dikuasai. Sebelum itu, ketiga wilayah tersebut bersatu untuk melakukan perlawanan terhadap kekuasaan kaum muslim. Koalisi mereka dapat dilumpuhkan oleh bala tentara al-Ahnaf dan sebagian mereka melarikan diri ke Jozajan.  Al-Ahnaf lalu memerintahkan al-Aqra’ bin Habis melakukan penejaran. Mula-mula, pasukan al-Aqra’ dapat dipukul mundur, kemudian melakukan serangan balasan sehingga musuh dapat dikalahkan. Jozajan pun dapat direbut kembali. Dengan demikian, Khurrasan telah dapat dikuasai muslim pada tahun 31Hijriah, sedangkan Tukharistan dikuasai sepenuhnya pada tahun 32 Hijriah.

2.      Front Utara (Wilayah Syam)
a.      Pembebasan Ammuria, Antiokia, dan Tarsus (Tahun 25 Hijriah)
Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang berkedudukan sebagai wali Syam mengutus Qais bin Hurr al-Absy, salah seorang panglimanya,untuk melakukan penyerbuan ke Ammuria. Sebelum tiba di tempat tujuan, Qais menaklukkan Antiokia dan Tarsus tanpa mendapat perlawanan. Demikian pula halnya ketika ia dan pasukannya menduduki Ammuria.

b.      Pembebasan Kembali Tripoli Syam
Menyusul wafatnya Umar bin Khaththab, Byzantium berhasil merebut beberapa kota di wilayah lepas pantai. Ketika Utsman bin Affan dipilih sebagai Khalifah, beliau menugaskan Mu’awiyah bin Abi Sufyan, wali Syam, untuk merebut kembali kedaulatan islam atas wilayah-wilayah di lepas pantai. Mu’awiyah pun memberangkatkan Sufyan bin Mujib al-Azdi bersama pasukannya ke Tripoli. Kota tersebut dikepung dari darat dan laut. Diam-diam, Byzantium meminta bantuan kepada kaisar untuk mengirimkan kapal untuk mereka bisa melarikan diri. Kaisar menyanggupi permintaan mereka danmengirimkan beberapa buah kapal. Ketika Sufyan memasuki kota, ia tidak mendapatkan perlawanan sama sekali karena musuh telah melarikan diri pada malam hari dengan bantuan kapal-kapal tersebut.

c.       Pembebasan Cyprus (tahun 28 dan 33 Hijriah)
Bala tentara kaum muslim bertolak dari Syam dengan tujuan Cyprus dibawah komando Absullah bin Qais al-Jasy. Pada waktu bersamaan, bala bantuan kaum muslim di Mesir bergerak dari Aleksansria. Kedua pasukan bertemu di wilayah semenanjung dan bersama-sama bergerak ke Cyprus. Mengetahui kedatangan pasukan muslimin dalam jumlah besar, penguasa Cyprus bergegas mengajukan perjanjian damai dan menyatakan kesanggupan membayar Jizyah dan tidak bersekutu atau bekerjasama dengan Byzantium untuk memerangi kaum muslim. Namun pada tahun 32 H, Cytrus melanggar perjanjian dengan memberi bantuan armada kapal kepada Byzantium untuk tujuan penyerangan terhadap kaum muslim. Pada tahun 32 H, Mu’awiyah bin Abi Sufyan memimpin 500 armada kapal perang menyerbu Cyprus dan berhasil merebut kembali kota itu. Penguasa Cyprus bersedia menandatangani perjanjian damai dengan syarat dan ketentuan seperti perjanjian pertama. Sebelum bertolak ke Syam, menempatkan 10.000 tentara muslim dari penduduk baalbak di Cyprus. Dengan  demikian, Cyprus dapat dikuasai sepenuhnya oleh kaum muslim.

3.      Front Batar (Afrika)
a.      Pembebasan Aleksandria (25 H)
Kekaisaran Byzantium menyampaikan perintah kepada orang-orang Byzantium yang berada di Aleksandria untuk melanggar perjanjian dengan kaum muslim. Perintah itu disambut baik oleh orang-orang Byzantium. Konstantinopel pun mengirimkan pasukan dalam jumlah besar  ke Aleksandria dibawah komando Manuel. Di pihak lain, Muqawqis, penguasa pribumi di Aleksandria, menolak melanggar perjanjian dengan kaum muslim. Ketika itu, Khalifah Utsman bin Affan telah memberhentikan ‘Amru bin Ash dari jabatan Gebernur Mesir. Akan tetapi, kedatangan bala tentara Byzantium ke Mesir mendorong warga Mesir untukmeminta Khalifah menugaskan kembali ‘Amru bin Ash karena kepiawaian meliternya menghadapi Byzantium. Khalifah memenuhi permintaan mereka dan menempatkan kembali ‘Amru bin Ash sebagai Gebernur Mesir. Saat itu, kekuatan Byzantium telah tiba di Aleksandria dan membumi hanguskan kota tersebut dan wilayah-wilayah di sekitarnya hingga ke wilayah Niqus. Di sana, bala tentara Byzantium bertemu ‘Amru bin Ash danpasukan muslim. Bala tentara Byzantium berhasil dihancurkan. Sebagian melarikan diri ke Aleksandria dan berlindung di dalam kota,’Amru bin Ash pun melakukan pengejaran dan Aleksandria pun di kepung.Setelah itu, tembok kota dorobohkan dengan senjata pelempar batu dan api (manjaniq). Pasukan muslimberhasil memasuki kota dan membinasakan tentara Byzantium. Mereka yang selamat melarikan diri ke arah lepas pantai. Panglima tentara Byzantium, Manuel, termasuk yang tewas. Dengan demikian, perlawanan dapat di padamkan dan Muqawqis kembali ke Aleksandria pada tahun 25 Hijriah.

b.      Pembebasan Tripoli dan beberapa wilayah Afrika (tahun 26 H)
Bala tentara kaum muslim tiba di Tripoli di bawah komando Abdullah bin Sa’ad bin Abi as-Sarh. Di Barqah, mereka mendapat dukungan dari pasukan Uqbah bin Nafl dansejumlah penduduk Barbar yang telah masuk islam. Tripoli berhasil direbut kembali pada tahun 26 Hijriah, menyusul di tumpasnya sisa-sisa kekuatan Byzantium yang masih berada di wilayah itu. Pasukan Abdullah in Sa’ad lalu bergerak ke Barat menuju Tunisia dan membebaskan Negeri itu dari cengkraman Byzantium yang menindas penduduknya dengan upeti dan pajak. Dengan demikian, sebagian wilayah Afrika tunduk pada kekuasaan kaum muslim.

c.       Pembebasan Nubia (31 Hijriah)
Pada masa Khalifah Umar bin Khaththab, ‘Amru bin Ash telah berupaya meluaskan wilayah kedaulatan islam dengan membebaskan Nubia. Namun, dalam pertempuran pasukan kaum muslim dikejutkan taktik perang orang-orang Nubia yang sangat tidak mereka kenal. Orang-orang Nubia piawai menggunakan senjata panah untuk di arahkan ke mata musuh. Ketika itu, orang-orang Nubia bersedia mengadakan perjanjian damai, tetapi ‘Amru bin Ash belum puas karena syarat-syarat yang di ajukannya tidak dapat dipenuhi. Pada tahun 31 Hijriah, Abdullah bin Abi as-Sarh berhasil menduduki kembali Nubia dan semenjak itu disepakati perjanjian baru yang berlaku hingga beberapa abad lamanya.

F.     PEMBUNUHAN KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN
Tidak ada yang meragukan bahwa biang keladi fitnah yang berujung pada pembunuhan keji terhadap Khalifah Utsman adalah seorang penganut Yahudi fanatik, Abdullah bin Saba. Ia menyebarkan provokasi anti Khalifah Utsman dengan dalih bahwa yang paling berhak menjadi Khalifah adalah Ali bin Abi Thallib. Abdullah bin Saba mendapati orang-orang yang lemah iman dan berjiwa kerdil sebagai pendukungnya. Mereka memanfaatkan kesempatan ketika sebagian besar sahabat sedang menunaikan ibadah haji. Orang-orang itu mengepung tempat tinggal Khalifah yang ketika itu dijaga al-Hasan bin Ali, Muhammad bin Thalhah, dan Abdullah bin Zubair. Ketika pengepungan memasuki hari ke 40,sekelompok orang menerobos masuk kedalam kediaman Khalifah Utsman bin Affan dan membunuh beliau, kemudian menginjak-injak Al-Quran dengan kaki mereka. Laknat Allah atas orang-orang itu. Peristiwa ini terjadi pada hari Jum’at 18 Zulhijah tahun 35 Hijriah/656 Masehi.

1 comment: